Monday, March 21, 2016

Psikologi Suami Istri

Ditulis oleh Ichsanul Kamil (penulis buku Rumah Tangga Surga)

Begitu banyak pernikahan baik-baik, suami baik istri baik, saling mencintai satu sama lain, namun seringkali (tak sengaja) saling menyakiti...
.
Mengapa bisa terjadi?
.
Lihatlah bahwa...
Begitu banyak istri yang baik-baik…
Namun menceramahi atau mencereweti suami saat lelah pulang kerja…
Maksudnya sih baik, untuk menjadikan suami sebagai tempat curhat…
Menjadikan suami sebagai tempat terpercaya ia mengeluarkan isi hati…
Namun, ia tak tahu bahwa ‘istirahatnya’ suami adalah ‘ditinggalkan sendirian’ dulu sejenak…
Akibatnya, timbul keretakan dalam pernikahan…
Jika terjadi berhari-hari selama bertahun-tahun?
Hmmm...
Menjadi istri yang baik saja TIDAK CUKUP
.
Begitu banyak suami yang baik-baik…
Ketika istrinya marah akibat kesalahannya, lalu berteriak ‘JAHAT! Tinggalin aku sendiri!!!’, maka sang suami betul-betul meninggalkannya…
Maksudnya sih baik, untuk memberikan istri waktu luang agar bisa menenangkan diri…
Namun ia tak tahu bahwa sebetulnya itu adalah isyarat dari istri, ‘apakah suamiku akan memperjuangkanku lebih lagi?’…
bahwaa ketika istri bermasalah, cara mendamaikannya adalah merayunya terus menerus, bukan meninggalkannya…
Akibatnya, timbul keretakan dalam pernikahan…
Jika terjadi berhari-hari selama bertahun-tahun?
Hmmm….
Menjadi suami yang baik saja TIDAK CUKUP
.
Begitu banyak suami yang baik-baik…
Pergi pagi pulang petang mencari nafkah…
demi anak istri tercinta….
Karier melesat gaji meningkat, menghabiskan waktu berjam-jam di luar….
Merasa sudah berjuang demi keluarga…
Merasa sudah melakukan yang terbaik demi keluarga…
Merasa sudah memenuhi SEGALA kebutuhan anak istri…
Padahal tanpa sadar, ia lupa bahwa anak istrinya adalah manusia…
yang tak hanya memiliki kebutuhan materi, namun juga kebutuhan EMOSI…
.
Karena tidak tahu, karena tidak sadar, menyusuplah seseorang ‘dari luar sana’…
yang menawarkan bahwa pemenuhan kebutuhan emosi anak istrinya bisa dipenuhi olehnya….
Jika orang ini adalah lawan jenis, apa yang terjadi?
Hmm…
Menjadi suami yang baik saja TIDAK CUKUP
.
Begitu banyak istri yang baik-baik…
Ketika ada masalah, justru ditekan…
Ketika ada rasa tidak nyaman, justru dipendam…
Maksudnya sih baik, agar suami tidak terganggu…
Namun, ia tidak tahu…
Bahwa emosi layaknya per, jika ditekan terus menerus, lama-lama…..?
Itulah yang sering terjadi pada orang yang ‘diam’, orang yang ‘kalem’…
yang akan ada masa dimana ia akan ‘meledak’
Jika istri yang baik ini selalu ada gejala ‘meledak’ tiap 3 bulan, apa yang terjadi?
Hmmm…
menjadi istri yang baik saja TIDAK CUKUP
.
Banyak suami baik, banyak istri baik…
sekilas terlihat dari luar, baik-baik saja hubungannya…
Namun beritanya sering mengagetkan,
kok tiba-tiba cerai?
kok tiba-tiba pisah rumah?
yang bisa kita lihat hanya yang ‘tiba-tiba’…
tapi kita tak tahu, apakah pernikahannya ‘terlihat harmonis’ atau ‘BETUL-BETUL HARMONIS’
.
untuk menjemput pernikahan harmonis, ternyata menjadi baik saja TIDAK CUKUP
‘Ah kalau gitu mending jadi orang jahat saja’. Bukan! Bukan itu…
Menjadi orang baik, adalah modal dasar yang sangat dibutuhkan untuk menjemput pernikahan harmonis…
Namun TIDAK CUKUP…
Menjemput pernikahan harmonis perlu disempurnakan dengan ILMU…
.
Menjadi orang baik sekedar bermodal ASUMSI, hanya akan membuat prasangka dalam diri bertumbuh begitu subur...
.
Menjadi orang baik tanpa ilmu, hanya akan membuat lelah ‘menjadi orang baik’ karena tidak tahu caranya…
Tidak tahu bagaimana mengelola emosi dan mengeskpresikannya pada waktu dan tempat yang tepat…
Tidak tahu bagaimana cara menyampaikan ‘nasihat’ tanpa penolakan dari pasangan…
Tidak tahu bagaimana cara meng-install akhlak kepada anak istri…
Tidak tahu bagaimana bentuk bahasa cintanya…
Semuanya hanya akan membuat sang orang baik menjadi LELAH untuk menjadi baik..
.
Maka, menjemput pernikahan harmonis, cukupkah hanya menjadi orang baik saja?
Ternyata TIDAK CUKUP. Perlu anda sempurnakan dengan perbekalan ILMU & SKILL pernikahan yang memadai
.
Selamat membangun keharmonisan pernikahan Anda :)

No comments:

Post a Comment