Wednesday, March 23, 2016

ISLAM YANG DICURIGAI, ISLAM YANG MENYEJUKKAN

ISLAM YANG DICURIGAI, ISLAM YANG MENYEJUKKAN ....


Kisah Inspiratif dari Indonesia, bacalah sampai tuntas! 👍

Elizabeth Gilbert(penulis Eat Pray and Love)


Siapa sangka Elizabeth Gilbert, penulis novel Eat, Pray, Love, punya kisah lain tentang Indonesia yang tidak pernah diceritakannya. Kisah ini adalah bukti kalau Indonesia bisa menjadi inspirasi para wisatawan dunia.

Sudah banyak traveler membaca novel Eat, Pray, Love, tentang bagaimana sang penulis mendapatkan pencerahan hidup. Novel yang sudah difilmkan dengan aktris Julia Robert ini juga sukses mendongkrak pariwisata Bali.

Namun, ternyata Elizabeth masih menyimpan kisah yang tidak terungkap dalam novelnya. Dia menulis sendiri kisah ini untuk Conde Nast Traveler pada edisi 1 Maret 2016. Kenapa kisah ini baru diungkap sekarang?

Begini ceritanya:

Elizabeth mengungkapkan ujung petualangannya di Indonesia bukanlah Bali. Dia pergi sampai ke sebuah pulau terpencil di arah timur Bali. Dia tidak menyebutkan pulaunya, namun diduga ini ada di NTB karena dia menyebutkan alat transportasi di pulau itu hanya perahu dan kereta kuda.

Judul artikelnya adalah Elizabeth Gilbert's Life-Changing Story from Indonesia (That You Haven't Heard).

Seperti judulnya, dia mengatakan di pulau nelayan terpencil ini, pandangan hidupnya berubah. Seperti kita tahu, Elizabeth traveling di dunia karena hidupnya mengalami depresi berat.

Di pulau ini dia menyewa rumah bambu, dan melewati hari-hari galaunya dengan jalan kaki keliling pulau pada pagi dan sore hari. Elizabeth banyak menangis sepanjang tinggal di sini, pada awalnya.

Ketika dia jalan kaki keliling pulau, dia selalu melewati rumah seorang nelayan muslim yang istrinya berjilbab. Sang istri selalu tersenyum ketika Elizabeth lewat, bahkan belakangan seperti menunggu Elizabeth lewat setiap hari. Dia tak berbahasa Inggris, Elizabeth pun tak bisa bahasa Indonesia.

Suatu ketika Elizabeth sakit parah berhari-hari di rumah bambunya. Dia sedih sekali karena tidak ada seorangpun yang dia kenal di pulau ini. Bahkan dia hidup tanpa jaringan internet sehingga para sahabatnya pun tidak tahu nasibnya.

Dalam keputusasaan itu, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. Muncul sang istri nelayan. Dengan bahasa yang tidak Elizabeth pahami perempuan itu memeriksa kondisi tubuh dirinya yang sakit. Dia pergi sebentar lantas kembali membawa nasi dan tumbuhan obat.

Perempuan itu menemani Elizabeth makan dan memeluknya akrab. Perempuan ini tahu Elizabeth dalam masalah karena tidak muncul berkeliling pulau seperti biasa. Elizabeth sungguh tak menyangka perempuan ini begitu penuh perhatian dengan dirinya.

Di titik itu Elizabeth menyadari kesalahannya selama ini. Masalah hidup membuat dirinya mengisolasi diri. Padahal yang dia butuhkan adalah hubungan dengan orang lain.

"Dia tidak hanya menyembuhkan saya, tapi mengajari saya ini: jangan sendirian dan jangan sombong. Lihat orang lain dan biarkan diri kamu terlihat oleh orang lain. Bantu orang lain dan biarkan diri kamu dibantu orang lain. Buat kontak dan terbuka untuk kebaikan orang lain," kata Elizabeth.

Nah, kenapa Elizabeth baru cerita soal ini sekarang? Pertama, menurut dia, sejak tragedi September 11, banyak orang takut dengan Islam termasuk Indonesia.

Elizabeth ingin mengatakan justru di Indonesia dia berjumpa muslim yang dia sebut sebagai orang paling baik yang dia kenal. Islam selama ini dicurigai, ternyata Islam begitu menyejukkan ....

"Dia memeluk saya dengan aman ketika saya sangat ketakutan, dan dia membantu saya sembuh. Dia menjadi contoh bagaimana kita semestinya saling menjaga satu sama lain di dunia ini... Ketika orang takut dengan dunia Islam, saya selalu memikirkan dia," ujarnya.

Kedua, secara umum Elizabeth melihat orang-orang modern kini hidup dalam ketakutan, penuh curiga. Mereka ibarat mengisolasi diri sendiri dari permasalahan hidup, justru itu salah. Sifat yang hangat serta terbuka dari seseorang akan menyelamatkan diri mereka, bukan dengan mengunci diri di rumah.

Di akhir tulisannya, Elizabeth memiliki solusi bagi permasalahan hidup banyak orang. Dia meminta semua orang mengambil falsafah hidup para traveler, bertualang, bertemu dengan banyak orang dan hidup saling bantu membantu. Dengan begitu kita saling mengatasi masalah satu sama lain.

"Saya ingin hidup di dunia yang penuh orang yang saling melihat di sepanjang jalan lalu bertanya. Sahabatku, siapa namamu, bagaimana kita saling membantu? Untuk itu kita semua mesti menjadi traveler, di dunia, di masyarakat dan dalam pikiran kita. Kita ibarat berjalan ke sisi lain pulau, saling mengetuk pintu rumah dan membiarkan orang lain masuk dalam kehidupan kita," tutupnya.

Sungguh kisah yang inspiratif! Sebuah norma dan filsafat hidup orang Indonesia yang tersimpan baik di sebuah desa nelayan dalam pribadi seorang istri nelayan Muslim, menunggu seorang Elizabeth Gilbert menemukannya, untuk diceritakan ke seluruh dunia.

No comments:

Post a Comment