Sunday, October 1, 2017

Sandi Perang Pangeran Diponegoro

Euis Rohaini, pemilik batik Rajasa Mas di Maos, Cilacap, juga menyebut legenda laskar Diponegoro sebagai asal-usul tradisi batik orang banyumasan.

Batik Cilacap memiliki pilihan warna klasik yang menjadi ciri khas batik tulis Maos, yakni coklat, hitam dan putih, serta warna-warna yang berani, yaitu biru, hijau, atua kuning.

Beberapa motif sandi perang  yang  masih  diproduksi  hingga  saat  ini  ialah:  Galaran,  bermakna  pasukan  yang  sudah berkumpul berbaris rapi. Buntal gabahan, bermakna sandi ranjau yang terpasang di pematang sawah.

Cebong  Kumpul,  bermakna  agar  pasukan  berkumpul  dan  merapatkan  barisan  guna  bersiap menghadapi musuh, dalam makna yang lebih luas, motif ini memberi makna arti penting persatuan. Dengan persatuan dan kesatuan segala bahaya, musuh, dan kesulitan akan mudah dihadapi.

Kembang  Ambring,  bermakna  pesan  persatuan,  bersatu  dalam  menghadapi  musuh.  Lar Buntal, bermakna misi pembagian wilayah atau pembagian tugas yang rata. Cuplik Pring atau Cebong Kumpul, bermakna  penempatan pasukan, kode bahwa disitu adalah  tempat  berkumpulnya  pasukan yang  siap.  Andaindi,  bermakna  tingkatan  dalam  tugas  atau  struktur,  organisasi,  pemerintahan  atau pembagian wewenang.
           
Blarak  Sineret,  bermakna  kebersamaan, kemenangan  dalam perjuangan  tidak  hanya dicapai oleh salah  satu  orang  atau  salah  satu  pihak  saja, ada  pihak-pihak lain  yang juga turut  andil.  Rujak Sente, bermakna pemimpin harus tegas, padat, dan bermakna.
           
“Seiring dengan perkembangan dunia fashion, Batik Maos Rajasa Mas juga memproduksi motif kontemporer  dengan  mengadopsi motif lingkungan  sekitar  seperti  tumbuh-tumbuhan,  binatang, dan benda-benda alam lainnya," kata Euis.

http://www.msn.com/id-id/gayahidup/fesyen/batik-maos-cilacap-dan-sandi-perang-pangeran-diponegoro/ar-AAsLHCG?li=AAfukE3&ocid=iehp

No comments:

Post a Comment